By : Joshua
Sahabat adalah seseorang yang mengerti dirimu dan menerimamu apa adanya.
Sahabat adalah seseorang yang mau berkorban untukmu dan mau memberikan apa yang terbaik yang ada padanya.
Markus 2:1-12 adalah contoh yang Alkitab katakan tentang persahabatan. Dalam perikop ini dikisahkan ada seorang lumpuh yang digotong oleh keempat sahabatnya yang sehat. Karena keadaan di rumah itu sudah penuh sesak oleh orang-orang, kelima orang itu tidak bisa masuk lewat pintu utama. Lewat pintu belakang juga tidak bisa.
Pikir punya pikir akhirnya mereka naik ke atap, membongkar atap dan menurunkan orang lumpuh itu dari atap tepat di hadapan Tuhan Yesus. Akhirnya Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh itu.
Biasanya Yesus selalu menyembuhkan dilihat dari iman orang yang sakit itu apakah ia sungguh-sungguh mempercayai Yesus adalah putra Allah atau tidak. Tapi di kasus ini unik. Mengapa? Karena di ayat 5 dikatakan, Yesus melihat iman mereka. Yap! Yesus melihat iman dari sahabat-sahabat si sakit.
Yesus melihat kesungguhan dan pengorbanan dari para sahabat-sahabat si sakit. Bisa saja saat melihat ramainya orang yang mendatangi Yesus dan mereka tidak masuk, mereka bisa saja langsung pulang. Mereka mungkin saja tidak mau repot-repot hanya untuk kesembuhan si sakit. Mungkin saja atap yang mereka naiki adalah terbuat dari seng di siang hari bolong yang panasnya bisa dipakai menggoreng telur. Mungkin saja rumah itu tinggi sekali sehingga terlalu beresiko untuk naik ke atasnya. Mereka bisa saja malas berkorban dan langsung pulang.
Tapi dikisahkan di Alkitab, mereka tetap melakukannya. Mereka naik ke atas, membongkarnya dan menurunkan si sakit. Mereka kreatif. Dan mereka mau berkorban. Mereka menyayangi sahabat mereka (si sakit) dan benar-benar berharap agar Tuhan Yesus mau menyembuhkannya. Mereka mau memberikan yang terbaik untuk kesembuhan sahabat mereka. Mereka tidak egois.
Oleh karena itu dikatakan Yesus melihat iman mereka dan bukan si sakit. Yesus melihat kesungguhan mereka. Yesus melihat pengorbanan mereka, kekreatifan mereka dan usaha-usaha mereka. Dan Yesus merasakan kasih di antara persahabatan mereka. Oleh karena itulah Yesus mau menyembuhkan si sakit.
Sobat Kristus, jaman sekarang di dunia yang serba sulit ini, nilai-nilai persahabatan sudah memudar. Pertemanan yang ada pun didasari uang atau kebutuhan satu sama lainnya. Kebutuhan bisnis, saling menguntungkan bahkan ada juga jemaat gereja yang melakukan persahabatan palsu hanya untuk menjaring jiwa dan mengajaknya ke gereja. Nilai-nilai persahabatan sudah memudar.
Maka benarlah ada pepatah yang mengatakan: Mencari seorang sahabat bagaikan mencari permata di sebuah lumbung jerami yang besar. Sulit ditemukan, tapi begitu berharga ketika ditemukan. Seorang sahabat lebih erat daripada keluarga bahkan saudara kandung sekalipun. Ada orang yang mempunyai banyak teman tetapi tidak mempunyai sahabat sama sekali. Teman dan sahabat adalah berbeda. Dengan sahabat kita bisa berbagi tanpa takut rahasia kita terbongkar karena sahabat tidak pernah menusuk dari belakang.
Sobat Kristus, sebelum kita mencari sahabat, ada baiknya kita menjadi sahabat bagi orang lain dulu. Bertemanlah dengan tulus. Jangan mengharapkan apa-apa darinya. Pinjamkanlah telingamu dan pundakmu baginya bila ia sedang bersedih. Turut bergembiralah bersamanya ketika ia sedang gembira. Jangan iri, jangan cemburu, karena persahabatan sejati didasari oleh kasih (1 Korintus 13:13).
Sahabat adalah seseorang yang mengerti dirimu dan menerimamu apa adanya.
Sahabat adalah seseorang yang mau berkorban untukmu dan mau memberikan apa yang terbaik yang ada padanya.
Markus 2:1-12 adalah contoh yang Alkitab katakan tentang persahabatan. Dalam perikop ini dikisahkan ada seorang lumpuh yang digotong oleh keempat sahabatnya yang sehat. Karena keadaan di rumah itu sudah penuh sesak oleh orang-orang, kelima orang itu tidak bisa masuk lewat pintu utama. Lewat pintu belakang juga tidak bisa.
Pikir punya pikir akhirnya mereka naik ke atap, membongkar atap dan menurunkan orang lumpuh itu dari atap tepat di hadapan Tuhan Yesus. Akhirnya Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh itu.
Biasanya Yesus selalu menyembuhkan dilihat dari iman orang yang sakit itu apakah ia sungguh-sungguh mempercayai Yesus adalah putra Allah atau tidak. Tapi di kasus ini unik. Mengapa? Karena di ayat 5 dikatakan, Yesus melihat iman mereka. Yap! Yesus melihat iman dari sahabat-sahabat si sakit.
Yesus melihat kesungguhan dan pengorbanan dari para sahabat-sahabat si sakit. Bisa saja saat melihat ramainya orang yang mendatangi Yesus dan mereka tidak masuk, mereka bisa saja langsung pulang. Mereka mungkin saja tidak mau repot-repot hanya untuk kesembuhan si sakit. Mungkin saja atap yang mereka naiki adalah terbuat dari seng di siang hari bolong yang panasnya bisa dipakai menggoreng telur. Mungkin saja rumah itu tinggi sekali sehingga terlalu beresiko untuk naik ke atasnya. Mereka bisa saja malas berkorban dan langsung pulang.
Tapi dikisahkan di Alkitab, mereka tetap melakukannya. Mereka naik ke atas, membongkarnya dan menurunkan si sakit. Mereka kreatif. Dan mereka mau berkorban. Mereka menyayangi sahabat mereka (si sakit) dan benar-benar berharap agar Tuhan Yesus mau menyembuhkannya. Mereka mau memberikan yang terbaik untuk kesembuhan sahabat mereka. Mereka tidak egois.
Oleh karena itu dikatakan Yesus melihat iman mereka dan bukan si sakit. Yesus melihat kesungguhan mereka. Yesus melihat pengorbanan mereka, kekreatifan mereka dan usaha-usaha mereka. Dan Yesus merasakan kasih di antara persahabatan mereka. Oleh karena itulah Yesus mau menyembuhkan si sakit.
Sobat Kristus, jaman sekarang di dunia yang serba sulit ini, nilai-nilai persahabatan sudah memudar. Pertemanan yang ada pun didasari uang atau kebutuhan satu sama lainnya. Kebutuhan bisnis, saling menguntungkan bahkan ada juga jemaat gereja yang melakukan persahabatan palsu hanya untuk menjaring jiwa dan mengajaknya ke gereja. Nilai-nilai persahabatan sudah memudar.
Maka benarlah ada pepatah yang mengatakan: Mencari seorang sahabat bagaikan mencari permata di sebuah lumbung jerami yang besar. Sulit ditemukan, tapi begitu berharga ketika ditemukan. Seorang sahabat lebih erat daripada keluarga bahkan saudara kandung sekalipun. Ada orang yang mempunyai banyak teman tetapi tidak mempunyai sahabat sama sekali. Teman dan sahabat adalah berbeda. Dengan sahabat kita bisa berbagi tanpa takut rahasia kita terbongkar karena sahabat tidak pernah menusuk dari belakang.
Sobat Kristus, sebelum kita mencari sahabat, ada baiknya kita menjadi sahabat bagi orang lain dulu. Bertemanlah dengan tulus. Jangan mengharapkan apa-apa darinya. Pinjamkanlah telingamu dan pundakmu baginya bila ia sedang bersedih. Turut bergembiralah bersamanya ketika ia sedang gembira. Jangan iri, jangan cemburu, karena persahabatan sejati didasari oleh kasih (1 Korintus 13:13).
0 comments:
Post a Comment