Saudara, jangan ukur dirimu dengan orang lain, tetapi dengan kebenaran Allah. Ukurlah dirimu dengan Kristus. Tetapi ingat, di dalam semangat hidupnya, manusia memang tidak mau mencari Allah. Pencarian manusia hanya untuk memuaskan dirinya, untuk membenarkan dirinya. Padahal tanpa Allah dia bukan apa-apa. Jadi, secara positif manusia tidak mampu berbuat baik. Secara positif tidak ada kekuatan untuk itu. Lalu secara negatif, manusia tidak mampu me-nolak dosa. Maka seluruh dosa yang datang menyerbu menjadi bagian dari hidupnya. Ketika ia menutupi satu tembok—katakanlah dia tidak mencuri—tetapi dia tidak bisa menghindar dari sifat iri hati, misalnya. Artinya ia tidak mampu menolak dosa.
Jadi, semua kembali diukur pada Allah. Sesuatu yang tidak tepat pada ketetapan Allah, itu sudah menjadi dosa. Nah kalau sudah begini siapa manusia yang tidak berdosa? Seluruh manusia sudah berdosa. Manusia tidak mampu menolak dosa, karena dosa telah menjadi tuan atas manusia. Karena dosa sudah menjadi majikan yang berkuasa atas hidup manusia. Dosa mempermainkan manusia. Jadi, di dalam pemahaman yang seperti inilah kita belajar membangun suatu pemahaman yang utuh, supaya kita sungguh-sungguh hidup dalam terang Tuhan.
Manusia berdosa yang tidak mampu berbuat baik, sekaligus tidak mampu menolak dosa, adalah manusia yang rusak total di hadapan Allah. Kerusakan manusia yang tanpa ampun, sangat mengerikan. Kerusakan yang karenanya wujud awal tidak bisa lagi dikenali. Kerusakan yang karenanya model awal tidak lagi bisa dikenali. Kerusakan yang karenanya, model awal tidak lagi bisa dimengerti, tidak lagi memberi ciri-ciri. Begitulah ketika manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Ciri-ciri kesucian manusia tidak lagi ada. Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka menjadi malu karena telanjang, padahal hanya mereka berdua yang ada di sana. Dosa sudah menggu-gurkan kemuliaan dan kesucian yang hidup pada mereka.
Jadi, keadaan manusia berdosa menjadi sebuah lukisan yang tidak berpengharapan, tepat seperti apa yang dikatakan Roma 3 : 12-13, “Semua orang sudah me-nyeleweng, tidak ada yang ber-guna. Kerongkongan mereka se-perti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa…” Kalaupun mereka menampilkan pola hidup yang kelihatannya terhormat, tetapi di balik semua itu ada motivasi yang tidak terkendali. Ada keinginan batin yang dalam, yang tidak mampu dikendalikan. Dosa kasar, halus, besar maupun kecil, di mata Allah tetap dosa.
Jadi saudara, manusia berdosa adalah manusia yang tidak memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri sendiri. Sehingga ketika pun dia menjadi baik di kemudian hari, itu hanyalah anugerah Allah: solagracia. Sebagai orang Kristen kita harus bersyukur dan mendemonstrasikan kerendahan hati, karena kita telah ditolong oleh-Nya sehingga kita berpindah dari kehidupan yang penuh keberdosaan ke hidup yang penuh kebahagiaan bersama dengan Tuhan.
Jadi, semua kembali diukur pada Allah. Sesuatu yang tidak tepat pada ketetapan Allah, itu sudah menjadi dosa. Nah kalau sudah begini siapa manusia yang tidak berdosa? Seluruh manusia sudah berdosa. Manusia tidak mampu menolak dosa, karena dosa telah menjadi tuan atas manusia. Karena dosa sudah menjadi majikan yang berkuasa atas hidup manusia. Dosa mempermainkan manusia. Jadi, di dalam pemahaman yang seperti inilah kita belajar membangun suatu pemahaman yang utuh, supaya kita sungguh-sungguh hidup dalam terang Tuhan.
Manusia berdosa yang tidak mampu berbuat baik, sekaligus tidak mampu menolak dosa, adalah manusia yang rusak total di hadapan Allah. Kerusakan manusia yang tanpa ampun, sangat mengerikan. Kerusakan yang karenanya wujud awal tidak bisa lagi dikenali. Kerusakan yang karenanya model awal tidak lagi bisa dikenali. Kerusakan yang karenanya, model awal tidak lagi bisa dimengerti, tidak lagi memberi ciri-ciri. Begitulah ketika manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Ciri-ciri kesucian manusia tidak lagi ada. Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka menjadi malu karena telanjang, padahal hanya mereka berdua yang ada di sana. Dosa sudah menggu-gurkan kemuliaan dan kesucian yang hidup pada mereka.
Jadi, keadaan manusia berdosa menjadi sebuah lukisan yang tidak berpengharapan, tepat seperti apa yang dikatakan Roma 3 : 12-13, “Semua orang sudah me-nyeleweng, tidak ada yang ber-guna. Kerongkongan mereka se-perti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa…” Kalaupun mereka menampilkan pola hidup yang kelihatannya terhormat, tetapi di balik semua itu ada motivasi yang tidak terkendali. Ada keinginan batin yang dalam, yang tidak mampu dikendalikan. Dosa kasar, halus, besar maupun kecil, di mata Allah tetap dosa.
Jadi saudara, manusia berdosa adalah manusia yang tidak memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri sendiri. Sehingga ketika pun dia menjadi baik di kemudian hari, itu hanyalah anugerah Allah: solagracia. Sebagai orang Kristen kita harus bersyukur dan mendemonstrasikan kerendahan hati, karena kita telah ditolong oleh-Nya sehingga kita berpindah dari kehidupan yang penuh keberdosaan ke hidup yang penuh kebahagiaan bersama dengan Tuhan.
0 comments:
Post a Comment