TAHUN 2004 ini merupakan tahun persiapan menyambut perayaan "200 Tahun Hans Christian Andersen". Perayaan itu akan berpuncak pada tanggal 2 April 2005. Seluruh dunia akan merayakan "200 Years HCA". Siapakah Hans Christian Andersen? Apakah makna hidup dan karyanya? Hans Christian Andersen (selanjutnya: HCA) mengarang 156 buku cerita yang sudah diterjemahkan ke dalam ratusan bahasa. Bukunya disukai oleh tua dan muda di segala benua. Beberapa ceritanya sudah begitu meluas sampai orang tidak tahu lagi bahwa itu karangan HCA. Misalnya, cerita tentang raja yang keranjingan baju mewah sehingga tertipu membeli kain "begitu halus sampai tidak tampak" padahal sebenarnya ia telanjang bulat. Atau cerita tentang anak yang menyalakan korek api dagangannya sebatang demi sebatang untuk menahan dingin salju lalu batang terakhir menyala menjadi sinar dari sorga bersama neneknya yang menjemput dia.
Tahun ini penerbit di seluruh dunia sibuk mencetak ulang atau mencetak perdana buku-buku HCA. Selain itu, puluhan buku cerita akan digubah menjadi naskah sandiwara untuk dipentaskan oleh murid sekolah. Di Kopenhagen, Denmark, sebagai pusat perayaan "200 Tahun HCA" akan diluncurkan buku The Complete Works of HCA terdiri dari 18 jilid setebal 9.000 halaman langsung dalam berbagai bahasa.
Cerminan Realitas
Ciri pertama cerita HCA adalah unsur otobiografi. Di situ terselip  secuil  riwayatnya sendiri. HCA lahir dalam keluarga miskin pada tanggal  2 April  1805 di Odense, Denmark. Ayahnya tukang sepatu, ibunya tukang  cuci.
Para pelaku cerita HCA tampil hidup karena mereka adalah simbolisasi orang- orang di masa kecil HCA. Di situ ada Si Baik dan Si Jahat. Hidup ini terdiri dari babak yang indah dan buruk yang silih berganti.
Contohnya terdapat dalam buku Siti Jempol. Siti Jempol lahir dalam kelopak bunga dan badannya hanya sebesar jempol orang. Angin dan arus air mudah menyeretnya. Dalam jalan hidupnya ada tokoh-tokoh yang menjahati dia, seperti Si Katak dan Si Kumbang. Namun banyak pula tokoh yang suka menolong seperti Si Kupu-Kupu dan Si Burung. Dalam buku Anak Bebek yang Jelek diceritakan penderitaan seekor anak bebek yang dicibirkan masyarakat, padahal kemudian ternyata ia sebenarnya seekor angsa yang anggun.
Terpuruk untuk Bangkit Kembali
Cerita-cerita HCA mengandung nilai edukatif. Pelaku cerita dihadang  kendala  dan krisis. Ia terpuruk. Kuncinya ada pada mental pelaku itu  sendiri. Apakah  ia cuma meratapi keterpurukannya? Apakah ia cuma  berputar-putar di situ juga  dan sibuk mencari kambing hitam? Apakah ia  melarikan diri dari akar  persoalan lalu mengurusi perkara sepele? Atau  sebaliknya, ia punya sense of  crisis, cepat bertindak mencari solusi  dan bekerja keras memperbaiki situasi  lalu bangkit kembali.
Banyak cerita HCA memandang penderitaan dan kejatuhan dari perspektif iman. Pelaku cerita bisa mencari dan menemukan hikmah di balik musibah. Allah bisa menjadikan suatu kegagalan sebagai sebuah pelajaran yang membuat kita lebih kreatif dan dinamis. Yusuf memakai perspektif itu ketika ia berkata, "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud..." (Kejadian 50:20).
Tamat Bukan Kiamat
Pelaku cerita HCA juga menghadapi realitas bahwa tidak ada keberhasilan  yang  abadi. Kita bisa naik ke bukit namun tidak bisa seterusnya ada di  puncak  bukit. Cepat atau lambat, semua akan tamat. Kiprah HCA pun  tamat. Ia menjadi  tua renta, sakit kanker dan tidak punya cukup uang  untuk berobat. Ia  meninggal dalam usia 70 tahun.
Penderitaan masa tua HCA tergambar dalam buku Pohon Cemara. Di situ diceritakan tentang sebatang pohon cemara kecil yang ingin cepat menjadi besar. Benarlah ia cepat bertumbuh menjadi pohon yang bagus. Lalu ia ditebang dan dijadikan pohon Natal di sebuah rumah. Seusai Natal ia dibuang ke luar dan diinjak-injak orang. Daunnya layu. Ia menjadi sampah buangan. Sambil menitikkan air mata ia berdesah, "Masa jayaku di hutan telah berlalu. Masa indahku sebagai pohon Natal juga sudah berlalu. Riwayatku sudah tamat. Tetapi aku tidak menyesal. Pada malam Natal di rumah itu, aku mendengar cerita Natal. Itu cerita bagus ..."
Riwayat pohon cemara itu sudah tamat. Namun hidupnya tidak sia-sia. Ia telah memberi diri untuk dijadikan pohon Natal. Sebaliknya, ia telah menerima diri Sang Tokoh cerita Natal.
Riwayat HCA pun sudah tamat. Namun cerita-ceritanya terus bergema ke seluruh dunia selama 200 tahun ini. Hari kelahiran HCA, yakni 2 April, kini dirayakan sebagai Hari Buku Anak Internasional (International Children's Book Day).
Sumber: Suara Pembaruan Daily
 
 
 
 


0 comments:
Post a Comment