Thursday, 10 February 2011

Bahasa Roh

Sumber : http://gerejastanna.org/bahasa-roh/
By : Rm. Ardi

SHALOM!
Saya ingin menanyakan, apakah di Agama Katholik itu juga terdapat bahasa ROH? Kalau ada mengapa di setiap misa tidak ada bahasa ROH itu?

Seperti apakah Bahasa ROH tersebut?

Bahasa Roh adalah salah satu karisma karunia Roh Kudus (1 Kor 12:10, 28; cf. Kis 10:46; Kis 19:6 ). Bahasa Roh bukanlah suatu bahasa dalam arti biasa yang mengandung unsur pokok bahasa: arti dan struktur suku kata. Bahasa Roh sering hanya berupa bunyi-bunyian yang merupakan hasil gerakan mulut dan lidah tanpa arti dan struktur. Paulus menyinggung tentang bahasa Roh sebagai bahasa yang terutama ditujukan kepada Allah sebagai sebuah doa (1 Kor 14:2, 14). Seperti juga doa mantera dengan kata yang sama dan diulang-ulang, juga seperti doa rosario yang diwarnai dengan doa yang Salam Maria diulang-ulang, akhirnya bukan kata atau makna yang penting, tetapi hati yang tertuju pada Tuhan dengan penuh cinta.

Karisma ini cocok untuk mereka yang sedang mengalami kekeringan rohani dan membutuhkan pertobatan, suatu tanda untuk orang yang tidak beriman (1 Kor 14:22). Meski Paulus sendiri mampu berbahasa Roh (1 Kor 14:18), tetapi ia memperingatkan jemaat agar tidak menyombongkan diri karena bisa berbahasa Roh, bahkan ia lebih suka mengucap 5 kata untuk mengajar umat yang dimengerti daripada beribu-ribu bahasa Roh yang tidak memberi sumbangan kemajuan apapun bagi jemaat (1Kor 14:19). Paulus menekankan pentingnya kerangka membangun jemaat dan mengunggulkan karunia bernubuat daripada kemampuan berbahasa Roh (1 Kor 14:4-6,9), meski juga meminta jemaat tidak melarang orang yang berbahasa Roh namun membantu menertibkan penggunaannya dalam pertemuan jemaat (1 Kor 14:39-40). Selain karisma berbahasa Roh, ada juga karisma �menafsirkan bahasa Roh� (1 Kor 12:10, 30), karunia yang disarankan Paulus untuk diminta pula agar kata-kata yang keluar tidak menjadi sia-sia (1 Kor 14:13, 9, 27). Paulus memberi catatan bahwa mereka yang terlalu berbangga karena telah berbahasa Roh tetapi tidak membangun jemaat belum menjadi manusia Rohani yang sejati. Lebih jauh dalam 1 Kor 13 Paulus menegaskan bahwa yang lebih penting adalah cinta kasih.

Dalam tradisi Gereja Katolik, St Agustinus menyebut fenomena memuji Allah dengan doa dan nyanyian dalam bahasa Roh ini sebagai �jubilatio�. Santa Theresia dari Avila juga menganjurkan para susternya memuji Tuhan dengan cara demikian untuk memupuk spontanitas memuji Tuhan dengan seluruh hatinya, sebab �Roh Tuhan sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan�(Rom 8:26). Dalam perkembangan Gereja setelah jemaat perdana, bahasa Roh tidak banyak dibicarakan atau dipraktekkan, baru kemudian belakangan muncul kembali di kalangan Gerakan Karismatik (ini berlaku untuk Katolik maupun Kristen Non Katolik) sebagai bagian dari fenomena Karismatik Kristen pada umumnya yang marak di abad 20. Tidak ada dalam misa karena memang tidak berkaitan dengan perayaan ekaristi, lebih pada karunia pribadi yang belakangan “dikembangkan” kembali dalam forum-forum ibadat khusus di kalangan karismatik. Semoga membantu….

0 comments: